Wednesday, April 18, 2007
KETIKA AYAH JADI ANAK
Judul : Warna-Warni Hidupku
Penulis : Amril Taufiq Gobel
Penerbit : Gradien Book
Tahun Terbit : Cetakan I- 2007
Jumlah halaman : 200 halaman
‘’Tangis pertamaku melengking keras lewat tengah malamdi Rumah Sakit Pasar Rebo, pukul 01.45, Senin, tanggal25 November 2002. Ibundaku, Sri Lestari, masih tergeletak lemas di kamar operasi. Pisau bedah nan tajam merobek perut beliau beberapa saat yang lalu untuk mengeluarkanku dari rahim yang hangat.Lamat-lamat, dalam hitungan menit, terdengar suaraazan dan qamat menerpa telingaku dari ayah, Amril Taufiq Gobel. Pipi dan jidatku sempat basah oleh gelimang airmata harunya.
‘’Selamat datang ke dunia, jagoanku… Muh.Rizky Aulia,’’.
Tiga tahun lamanya ayah dan ibu menanti kehadiranku.Berbagai upaya dan ikhtiar dilakukan mereka untuk bisamemperoleh anak, sebagai penyambung generasi. Aku merasakan begitu bahagianya mereka menerima kehadiranku. Setiap degup jantung ibuku, aku dengar bagai lantunan melodi yang indah. Elusan lembut tanganayah di perut ibuku setiap saat membuatku terbuai dalam kebahagiaan. Dengan berat 3,75 kg dan panjang 51cm aku lahir ke dunia’’.
+++
Dua alinea panjang ini mengawali kisah kelahiran seorang anak lewat buah karya sang ayahnya sendiri.Kita rada terharu begitu membaca kalimat dan kalam seorang yang baru lahir ke dunia, bagaikan melaporkanlangsung peralihan kehidupannya. Dari rahim ibunya kedunia yang fana ini. Ke alam tempat dia mulai merajut kehidupan dunia mulai A hingga Z kelak.Buku ini, ukurannya kecil, memang bukan buku biasa.Mengapa saya katakan demikian, karena tidak banyak seorang ayah menuturkan kehadiran buah hatinya dari kilometer 0.
Bagi seorang penulis, apalagi dengan kecanggihan teknologi lantaran ada komputer, apa yang dilakukan Amril Taufiq Gobel ini layak ditiru. ATG, saya menyingkat saja namanya, memang sejak mahasiswa sudah gandrung menulis. Dia pernah menyinggahi Penerbitan Kampus identitas Unhas beberapa tahun lamanya. Sambil kuliah dia juga menulis di media umum. Pernah suatu waktu tulisannya dimuat di salahsatu media ibu kota, honornya cukup untuk membayar SPP di Fakultas Teknik kala itu.
Dia mulai menulis blog untuk anak pertamanya ini tahun 2003. Satu-satunya sarana yang dapat menampung‘curhat’-nya adalah media blog. Gratis, bebas sensor,dan bebas biaya distribusi.‘’Tetapi, lebih dari itu, saya bisa menampilkan refleksi kehidupan keluarga saya secara virtual lewat media internet. Hadirnya blog Rizky – buah hatikami yang lahir tiga tahun sejak saya dan istri menikah tahun 1999 – pada awalnya memang diniatkan menjadi catatan perjalanan kehidupannya mulai lahir dan (mudah-mudahan) hingga dewasa kelak,’’ kata ATG pada pengantar bukunya.
Menulis blog dengan menempatkan sosok anak sendiri,memang sangat menarik. Pertama, rasa yang ditawarkan meski dari orang tuanya, tetapi memiliki hubungan batin yang kental dengan sang anak. Simak saja,bagaimana ATG membuka kisahnya dengan dua alinea yang saya kutip yang dia beri judul ‘’Aku Menatap Dunia’’. Kedua, dengan menggunakan obyek yang secara emosional berhubungan dengan penulis, jelas akan memberikan bahan kisah yang tak habis-habisnya. Ketiga, pada peristiwa-peristiwa tertentu -- yang tentu saja menarik – jelas akan menjadi bagian dari cerita ini.Keempat, tulisan seperti ini akan sangat menarik lagi,karena ATG menggunakan ‘bahasa anak’ (kosakata) untuk memberi pembedaan dengan kosakata orang dewasa.
Membaca buku ATG ini – meski belum habis karena kesibukan saya yang tak pernah berujung – saya teringat seorang Prof.Dr.Soenjono Dardjowidjojo, dosen Bahasa pada Universitas Katolik Atmajaya (Unika)Jakarta. Mahaguru ini telah menjadikan cucunya, Echa,sebagai objek penelitian bahasa, khususnya bahasa anak. Prof.Soenjono Dardjowidjojo ini telah merekam bahasa cucunya sejak dia lahir hingga pada usianyayang ke-12 bulan dan 24 bulan.
Bahkan, dalam suatu pertemuan bahasa yang kebetulan sempat saya ikuti di Unika Jakarta, Echa, sempat dihadirkan di depan peserta. Pada usia hingga 12 bulan, Echa sudah mampu memahami ujaran orang dewasa, tetapi kemampuan ini sangatterbatas.‘’Tetapi dia sudah bisa diajak ‘ciluup ba,’’ kataSoenjono Dardjowidjojo dalam buku PELBA 10 tahun 1997.
Kalau pun saya mengambil contoh penelitian kebahasaan dikaitkan dengan karya ATG tersebut semata-mata dimaksudkan untuk memberi gambaran betapa banyak sisi kisah anak-anak yang dapat kita tulis. Dan, yang paling menarik dan untuk sementara dapat kita lakukan adalah merekam perilaku anak kita sendiri.
Tentu saja,jejak ATG ini tak bisa diikuti oleh mereka yang sudah memutuskan istrinya harus ber-KB. Bukankah masih ada cucu? Saya juga memiliki cucu, tetapi rasanya sudahterlambat. Pasalnya, cucu saya sudah mengalami perkembangan perilaku dan lingkungan sosial yang beragam di luar yang saya mampu prediksi. Kalau pun mau, perilaku tertentu secara parsial dapat juga dilakukan. Mudah-mudahan.
M.Dahlan Abubakar
Dosen Fakultas Sastra Unhas
Dimuat di Harian FAJAR Minggu, 15 April 2007 (Halaman 27)
‘’Selamat datang ke dunia, jagoanku… Muh.Rizky Aulia,’’.
Tiga tahun lamanya ayah dan ibu menanti kehadiranku.Berbagai upaya dan ikhtiar dilakukan mereka untuk bisamemperoleh anak, sebagai penyambung generasi. Aku merasakan begitu bahagianya mereka menerima kehadiranku. Setiap degup jantung ibuku, aku dengar bagai lantunan melodi yang indah. Elusan lembut tanganayah di perut ibuku setiap saat membuatku terbuai dalam kebahagiaan. Dengan berat 3,75 kg dan panjang 51cm aku lahir ke dunia’’.
+++
Dua alinea panjang ini mengawali kisah kelahiran seorang anak lewat buah karya sang ayahnya sendiri.Kita rada terharu begitu membaca kalimat dan kalam seorang yang baru lahir ke dunia, bagaikan melaporkanlangsung peralihan kehidupannya. Dari rahim ibunya kedunia yang fana ini. Ke alam tempat dia mulai merajut kehidupan dunia mulai A hingga Z kelak.Buku ini, ukurannya kecil, memang bukan buku biasa.Mengapa saya katakan demikian, karena tidak banyak seorang ayah menuturkan kehadiran buah hatinya dari kilometer 0.
Bagi seorang penulis, apalagi dengan kecanggihan teknologi lantaran ada komputer, apa yang dilakukan Amril Taufiq Gobel ini layak ditiru. ATG, saya menyingkat saja namanya, memang sejak mahasiswa sudah gandrung menulis. Dia pernah menyinggahi Penerbitan Kampus identitas Unhas beberapa tahun lamanya. Sambil kuliah dia juga menulis di media umum. Pernah suatu waktu tulisannya dimuat di salahsatu media ibu kota, honornya cukup untuk membayar SPP di Fakultas Teknik kala itu.
Dia mulai menulis blog untuk anak pertamanya ini tahun 2003. Satu-satunya sarana yang dapat menampung‘curhat’-nya adalah media blog. Gratis, bebas sensor,dan bebas biaya distribusi.‘’Tetapi, lebih dari itu, saya bisa menampilkan refleksi kehidupan keluarga saya secara virtual lewat media internet. Hadirnya blog Rizky – buah hatikami yang lahir tiga tahun sejak saya dan istri menikah tahun 1999 – pada awalnya memang diniatkan menjadi catatan perjalanan kehidupannya mulai lahir dan (mudah-mudahan) hingga dewasa kelak,’’ kata ATG pada pengantar bukunya.
Menulis blog dengan menempatkan sosok anak sendiri,memang sangat menarik. Pertama, rasa yang ditawarkan meski dari orang tuanya, tetapi memiliki hubungan batin yang kental dengan sang anak. Simak saja,bagaimana ATG membuka kisahnya dengan dua alinea yang saya kutip yang dia beri judul ‘’Aku Menatap Dunia’’. Kedua, dengan menggunakan obyek yang secara emosional berhubungan dengan penulis, jelas akan memberikan bahan kisah yang tak habis-habisnya. Ketiga, pada peristiwa-peristiwa tertentu -- yang tentu saja menarik – jelas akan menjadi bagian dari cerita ini.Keempat, tulisan seperti ini akan sangat menarik lagi,karena ATG menggunakan ‘bahasa anak’ (kosakata) untuk memberi pembedaan dengan kosakata orang dewasa.
Membaca buku ATG ini – meski belum habis karena kesibukan saya yang tak pernah berujung – saya teringat seorang Prof.Dr.Soenjono Dardjowidjojo, dosen Bahasa pada Universitas Katolik Atmajaya (Unika)Jakarta. Mahaguru ini telah menjadikan cucunya, Echa,sebagai objek penelitian bahasa, khususnya bahasa anak. Prof.Soenjono Dardjowidjojo ini telah merekam bahasa cucunya sejak dia lahir hingga pada usianyayang ke-12 bulan dan 24 bulan.
Bahkan, dalam suatu pertemuan bahasa yang kebetulan sempat saya ikuti di Unika Jakarta, Echa, sempat dihadirkan di depan peserta. Pada usia hingga 12 bulan, Echa sudah mampu memahami ujaran orang dewasa, tetapi kemampuan ini sangatterbatas.‘’Tetapi dia sudah bisa diajak ‘ciluup ba,’’ kataSoenjono Dardjowidjojo dalam buku PELBA 10 tahun 1997.
Kalau pun saya mengambil contoh penelitian kebahasaan dikaitkan dengan karya ATG tersebut semata-mata dimaksudkan untuk memberi gambaran betapa banyak sisi kisah anak-anak yang dapat kita tulis. Dan, yang paling menarik dan untuk sementara dapat kita lakukan adalah merekam perilaku anak kita sendiri.
Tentu saja,jejak ATG ini tak bisa diikuti oleh mereka yang sudah memutuskan istrinya harus ber-KB. Bukankah masih ada cucu? Saya juga memiliki cucu, tetapi rasanya sudahterlambat. Pasalnya, cucu saya sudah mengalami perkembangan perilaku dan lingkungan sosial yang beragam di luar yang saya mampu prediksi. Kalau pun mau, perilaku tertentu secara parsial dapat juga dilakukan. Mudah-mudahan.
M.Dahlan Abubakar
Dosen Fakultas Sastra Unhas
Dimuat di Harian FAJAR Minggu, 15 April 2007 (Halaman 27)
Monday, January 15, 2007
RESENSI BUKU WWH OLEH HERNADI TANZIL
Judul : Warna-warni Hidupku - Hari-hari Muh. Rizky Aulia -
(Solusi Memantau Perkembangan Anak Melalui Blog)
Penulis : Amril Taufik Gobel
Penerbit : Gradien Books
Cetakan : I, 2007
Tebal : 199 hal
Memiliki anak dan membesarkannya adalah idaman setiap orang yang telah berkeluarga. Memang tak mudah membesarkan seorang anak, ada suka, ada duka, semuanya selalu menjadi bahan cerita yang menarik untuk dibicarakan, terlebih bagi sesama orang tua yang memiliki anak dengan tingkat usia yang hampir sama.
Tak hanya dibicarakan, aktivitas dan perkembangan seorang anak pun sangat menarik untuk didokumentasikan, ada yang menngabadikannya dengan foto, merekam aktifitasnya dengan handycam, atau menuliskannya dalam catatan harian baik dalam sebuah buku yang bersifat pribadi maupun dalam media on line yang terbuka untuk dibaca oleh semua orang seperti milis, website, blog, dll.
Menulis perkembangan anak melalui blog, itulah yang dilakukan oleh Amril Taufik Gobel, seorang ayah, karyawan, penulis, sekaligus blogger yang namanya cukup dikenal di dunia cyber, selain webnya (http://amriltgobel.net) pernah meraih anugerah website terbaik versi www.webterbaik.com Amril juga aktif di komunitas blog terbesar di Indonesia – Blogfam, dan kini dipercaya untuk menjadi redaksi majalah online Blogfam (www.blogfam.com).
Berawal dari kerajinannya menulis blog yang telah dilakukan sejak beberapa tahun kebelakang, pada tahun 2002, sejak kelahiran anak pertamanya Muh. Rizky Aulia Gobel. Amril mencoba menulis blog berisi pengalaman-pengalaman yang dialami oleh keluarganya melalui sudut pandang anaknya sendiri. Rupanya ketekunannya ini mendapat banyak respon dari pembaca blognya hingga akhirnya dilirik oleh penerbit Gradien yang sudah beberapa kali menerbitkan buku yang bersumber dari blog pribadi seseorang.
Buku yang diberi judul "Warna-warni hidupku – hari-hari..Muh Rizky Aulia Gobel" dengan sub judul "Solusi Memantau Perkembangan Anak Melalui Blog" ini seluruh materinya diambil dari blog Rizky (http://muhrizkyauliagobel.blogspot.com). Dimulai dari hari lahirnya Rizky di tahun 2002 hingga tahun 2006 ketika ia berusia tiga tahun 4 bulan. Semuanya berisi 74 catatan harian plus satu kata pengantar.
Seperti telah diungkap di atas, seluruh catatan ditulis dalam sudut pandang sang anak (Rizky) sebagai orang pertama. Hal ini membuat seluruh catatan dalam buku ini baik dalam penuturan kata maupun ekpresinya terkesan lucu, ringan, khas anak-anak. Kisah-kisah yang ditulis dalam buku inipun aneka warna. Mulai dari kelahiran Rizky, pindah rumah, piknik ke Seaworld, motor ayah baru, bencana tusnami, pembantu yang minggat, pakde yang kena santet, hingga berburu kecoa. Semua terangkum dengan jujur, apa adanya, ringan, terkadang membuat terharu, terkadang membuat lucu dan tak terduga.
Walau sekilas tampaknya buku ini hanya berisi catatan harian yang biasa-biasa saja, namun jika pembaca lebih peka menangkap makna dibalik pengalaman-pengalaman yang dialami Rizky dan keluarganya dalam buku ini maka kita akan menemukan sebuah potret sosial dari sebuah keluarga sederhana dimana ayah bekerja, ibu yang mengurus anak beserta lingkungan masyarakat urban yang ikut terekam dalam kisah-kisahnya.
Tengoklah kisah ketika BBM naik yang terdapat dalam catatan yang berjudul "Dampak Dramatis Harga BBM Naik" dimana kerluarga Rizky harus prihatin dan berhemat dalm banyak hal " Kita, semua sedang prihatin, Nak," kata ayahku dengan mata berkaca-kaca saat melihat tontonan berita di layar TV yang menampilkan masyarakat penerima kompensasi BBM berebutan mengambil bagiannya. (hal 162)
Realita sosial juga tertangkap dalam catatan berjudul "Menemani Ayah Bercukur", dimana Rizky mendengar obrolan antara ayahnya dengan tukang cukurnya yang mengungkap carut marut dan sebuah ironi yang terjadi di negeri ini dimana anak-anak menderita busung lapar, stok BBM habis, ongkos pendidikan makin mahal, bunuh diri karena tak sanggup bayar sekolah, harga-harga naik, sementara gaji anggota DPR bisa mencapai 38 juta per bulan! (hal 142).
Beberapa hal yang mungkin menjadi ganjalan dalam buku ini adalah jika ada pembaca yang mempersoalkan usia Rizky yang baru berusia 3 tahun dengan apa yang dipikirkannya seperti yang ditulis dalam buku ini. Rasanya mustahil, seorang anak berusia 3 tahun mampu berpikir dan memahami apa yang diobrolkan oleh ayah dan ibunya ketika BBM melambung tinggi atau ketika ayahnya membahas realita sosial yg terjadi di negeri ini dengan seorang tukang cukur! Rasanya tak mungkin ! Sepertinya apa yang dipikirkan oleh Rizky dalam buku ini baru akan terpikirkan olehnya ketika ia berusia remaja atau pra-remaja.
Selain itu sub-judul buku ini "Solusi Memantau Perkembangan Anak Melalui Blog" mungkin saja bisa menyesatkan calon pembacanya. Bisa saja sub judul ini akan menggiring calon pembaca buku ini beranggapan bahwa buku ini adalah buku panduan bagaimana memantau perkembangan anak melalui blog. Padahal buku ini berisi catatan harian seorang ayah yang ditulis dalam sudut pandang anaknya
Namun terlepas dari ganjalan diatas, buku ini cukup menghibur dan menarik untuk dibaca oleh siapa saja. Apa yang dialami Rizky dan keluarganya ditulis dengan detail, jujur dan apa adanya sehingga pembaca seakan diajak masuk dalam kehidupan keluarga ini lewat kacamata seorang anak yang lucu dan polos. Bukan tak mungkin pengalaman-pengalaman keluarga Rizky yang terekam dalam buku ini pernah juga kita alami sehingga kita seakan membaca kisah kita sendiri. Dan seperti yang diharapkan oleh penulisnya, semoga buku ini tidak hanya sebagai representasi aktivitas keseharian Rizky, tetapi juga menjadi bahan renungan bagi semua pembacanya (hal11).
salam,
h_tanzil
http://bukuygkubaca.blogspot.com
(Solusi Memantau Perkembangan Anak Melalui Blog)
Penulis : Amril Taufik Gobel
Penerbit : Gradien Books
Cetakan : I, 2007
Tebal : 199 hal
Memiliki anak dan membesarkannya adalah idaman setiap orang yang telah berkeluarga. Memang tak mudah membesarkan seorang anak, ada suka, ada duka, semuanya selalu menjadi bahan cerita yang menarik untuk dibicarakan, terlebih bagi sesama orang tua yang memiliki anak dengan tingkat usia yang hampir sama.
Tak hanya dibicarakan, aktivitas dan perkembangan seorang anak pun sangat menarik untuk didokumentasikan, ada yang menngabadikannya dengan foto, merekam aktifitasnya dengan handycam, atau menuliskannya dalam catatan harian baik dalam sebuah buku yang bersifat pribadi maupun dalam media on line yang terbuka untuk dibaca oleh semua orang seperti milis, website, blog, dll.
Menulis perkembangan anak melalui blog, itulah yang dilakukan oleh Amril Taufik Gobel, seorang ayah, karyawan, penulis, sekaligus blogger yang namanya cukup dikenal di dunia cyber, selain webnya (http://amriltgobel.net) pernah meraih anugerah website terbaik versi www.webterbaik.com Amril juga aktif di komunitas blog terbesar di Indonesia – Blogfam, dan kini dipercaya untuk menjadi redaksi majalah online Blogfam (www.blogfam.com).
Berawal dari kerajinannya menulis blog yang telah dilakukan sejak beberapa tahun kebelakang, pada tahun 2002, sejak kelahiran anak pertamanya Muh. Rizky Aulia Gobel. Amril mencoba menulis blog berisi pengalaman-pengalaman yang dialami oleh keluarganya melalui sudut pandang anaknya sendiri. Rupanya ketekunannya ini mendapat banyak respon dari pembaca blognya hingga akhirnya dilirik oleh penerbit Gradien yang sudah beberapa kali menerbitkan buku yang bersumber dari blog pribadi seseorang.
Buku yang diberi judul "Warna-warni hidupku – hari-hari..Muh Rizky Aulia Gobel" dengan sub judul "Solusi Memantau Perkembangan Anak Melalui Blog" ini seluruh materinya diambil dari blog Rizky (http://muhrizkyauliagobel.blogspot.com). Dimulai dari hari lahirnya Rizky di tahun 2002 hingga tahun 2006 ketika ia berusia tiga tahun 4 bulan. Semuanya berisi 74 catatan harian plus satu kata pengantar.
Seperti telah diungkap di atas, seluruh catatan ditulis dalam sudut pandang sang anak (Rizky) sebagai orang pertama. Hal ini membuat seluruh catatan dalam buku ini baik dalam penuturan kata maupun ekpresinya terkesan lucu, ringan, khas anak-anak. Kisah-kisah yang ditulis dalam buku inipun aneka warna. Mulai dari kelahiran Rizky, pindah rumah, piknik ke Seaworld, motor ayah baru, bencana tusnami, pembantu yang minggat, pakde yang kena santet, hingga berburu kecoa. Semua terangkum dengan jujur, apa adanya, ringan, terkadang membuat terharu, terkadang membuat lucu dan tak terduga.
Walau sekilas tampaknya buku ini hanya berisi catatan harian yang biasa-biasa saja, namun jika pembaca lebih peka menangkap makna dibalik pengalaman-pengalaman yang dialami Rizky dan keluarganya dalam buku ini maka kita akan menemukan sebuah potret sosial dari sebuah keluarga sederhana dimana ayah bekerja, ibu yang mengurus anak beserta lingkungan masyarakat urban yang ikut terekam dalam kisah-kisahnya.
Tengoklah kisah ketika BBM naik yang terdapat dalam catatan yang berjudul "Dampak Dramatis Harga BBM Naik" dimana kerluarga Rizky harus prihatin dan berhemat dalm banyak hal " Kita, semua sedang prihatin, Nak," kata ayahku dengan mata berkaca-kaca saat melihat tontonan berita di layar TV yang menampilkan masyarakat penerima kompensasi BBM berebutan mengambil bagiannya. (hal 162)
Realita sosial juga tertangkap dalam catatan berjudul "Menemani Ayah Bercukur", dimana Rizky mendengar obrolan antara ayahnya dengan tukang cukurnya yang mengungkap carut marut dan sebuah ironi yang terjadi di negeri ini dimana anak-anak menderita busung lapar, stok BBM habis, ongkos pendidikan makin mahal, bunuh diri karena tak sanggup bayar sekolah, harga-harga naik, sementara gaji anggota DPR bisa mencapai 38 juta per bulan! (hal 142).
Beberapa hal yang mungkin menjadi ganjalan dalam buku ini adalah jika ada pembaca yang mempersoalkan usia Rizky yang baru berusia 3 tahun dengan apa yang dipikirkannya seperti yang ditulis dalam buku ini. Rasanya mustahil, seorang anak berusia 3 tahun mampu berpikir dan memahami apa yang diobrolkan oleh ayah dan ibunya ketika BBM melambung tinggi atau ketika ayahnya membahas realita sosial yg terjadi di negeri ini dengan seorang tukang cukur! Rasanya tak mungkin ! Sepertinya apa yang dipikirkan oleh Rizky dalam buku ini baru akan terpikirkan olehnya ketika ia berusia remaja atau pra-remaja.
Selain itu sub-judul buku ini "Solusi Memantau Perkembangan Anak Melalui Blog" mungkin saja bisa menyesatkan calon pembacanya. Bisa saja sub judul ini akan menggiring calon pembaca buku ini beranggapan bahwa buku ini adalah buku panduan bagaimana memantau perkembangan anak melalui blog. Padahal buku ini berisi catatan harian seorang ayah yang ditulis dalam sudut pandang anaknya
Namun terlepas dari ganjalan diatas, buku ini cukup menghibur dan menarik untuk dibaca oleh siapa saja. Apa yang dialami Rizky dan keluarganya ditulis dengan detail, jujur dan apa adanya sehingga pembaca seakan diajak masuk dalam kehidupan keluarga ini lewat kacamata seorang anak yang lucu dan polos. Bukan tak mungkin pengalaman-pengalaman keluarga Rizky yang terekam dalam buku ini pernah juga kita alami sehingga kita seakan membaca kisah kita sendiri. Dan seperti yang diharapkan oleh penulisnya, semoga buku ini tidak hanya sebagai representasi aktivitas keseharian Rizky, tetapi juga menjadi bahan renungan bagi semua pembacanya (hal11).
salam,
h_tanzil
http://bukuygkubaca.blogspot.com
Terimakasih atas resensinya Kang Tanzil!
Thursday, January 11, 2007
REVIEW WWH DI SITUS INDOSIAR DOT COM
Dikutip dari sini
Solusi Memantau Perkembangan Anak Melalui Blog
Penulis: Amril Taufiq Gobel
Penerbit: Gradien Books
Jumlah halaman: 199 halaman
Cetakan I, Desember 2006
Kesan pertama saat melihat cover buku ini, adalah segar and lucu. Judul “Warna-warni hidupku” yang ditulis dengan warna huruf berwarna-warni disertai dengan gambar karakter bapak, ibu dan dua orang anak secara tidak langsung memberi tahu pembaca tentang gambaran besar isi buku.
Membaca buku ini tidak seperti membaca buku lainnya, tetapi lebih seperti membaca celotehan seorang anak bernama Rizky. Tidak salah, karena “Warna-warni hidupku” diangkat dari blog www.muhrizkyauliagobel.blogspot.com, blog putra sang penulis buku ini, Amril Taufiq Gobel. Blog yang ditulisnya dari kacamata Rizky, anaknya. Menarik, karena menulis dari pandangan diri sendiri saja sudah sulit apalagi menulis dari pandangan seorang anak kecil.
Di awal cerita, pembaca diperkenalkan dengan ‘aku” dalam buku ini. Bagaimana proses ia dilahirkan oleh bundanya di rumah sakit, setelah penantian orangtuanya selama tiga tahun, terasa mengharukan. Cerita yang menyentuh masih berlanjut saat Rizky dan keluarga pindah rumah. Perasaan bersemangat dan gembira sangat terasa lewat “Horee…ayah beli rumah”. Sekali lagi, rasa haru menyeruak saat membaca cerita di “Cikarang with love”, dimana ayahnya Rizky membisikkan: Kita akan mulai membangun cerita yang intens dari sini, Rizky.
Tapi jangan kuatir, buku ini tidak berisi tentang cerita yang sedih-sedih saja kok. Bersiaplah, karena di “Ayahku juara karaoke” pembaca akan secara spontan terbahak-bahak membaca kelakuan konyol si ayah. Apalagi saat dikisahkan sang ayah kehilangan handphonenya di angkot sampai ia meriang, itu lucu sekali. Dan mampu membuat pembacanya kembali terpingkal-pingkal.
Jangan salah, di buku ini juga terdapat informasi yang berguna buat para mama maupun calon mama. Lewat bahasanya yang polos, Rizky bercerita bagaimana cara ia dulu disapih. Seperti yang diceritakan melalui “Asi?..no way!”, pembaca akan mendapat tips and tricks bagaimana menyapih anaknya.
Seperti keluarga lainnya yang mengalami kesulitan mendapat pembantu rumah tangga yang berkualitas, keluarga Rizkypun sama juga. Dalam “mbak Ami minggat, mbak Ida merapat” diceritakan berbagai macam tipe PRT yang keluar masuk di keluarga Amril Gobel. Lucu dan menyegarkan cara penulis menceritakan tentang PRT di keluarganya.
Selain tips tentang penyapihan, di buku ini penulis juga bercerita bagaimana cara memberi pengertian kepada anak yang baru saja memiliki adik. Lewat “Cemburu boleh, tapi..” pembaca akan belajar bagaimana membagi kasih saying antara anak pertama dan anak kedua. Tidak salah lagi, buku ini sangat direkomendasikan untuk semua kalangan. Tidaklah berlebihan kalau mengatakan buku ini adalah buku panduan orangtua yang ingin mengerti tentang apa yang dirasakan oleh anak mereka.
Resensor :
Nahria Medina Marzuki (http://yayajanuary.blogspot.com)
Salah satu penulis buku Flash!Flash!Flash! (Blogfam dan Penerbit Gradien)
Terimakasih untuk Nahria "Yaya"Medina Marzuki atas reviewnya
Monday, December 11, 2006
BELI BUKUKU YAA..
Sunday, December 10, 2006
WARNA-WARNI HIDUPKU
Monday, December 04, 2006
KATA MEREKA TENTANG BUKU BLOG RIZKY
"Di Indonesia, belum pernah ada buku blog yang khusus membahas tentang anak dan dunianya. Dengan menempatkan diri sebagai Rizky, Amril Taufik Gobel berhasil mengajak pembacanya untuk masuk ke dunia anak yang lucu, polos dan kadang tak terduga."
--Labibah Zain, cerpenis, founder komunitas Blogfam, dosen UIN Sunan Kalijaga dan ibu rumah tangga yang sedang menyelesaikan S3nya di McGill University Montreal, Canada.
“Dari Bencana Tsunami hingga kenaikan BBM, dari pembantu yang minggat hingga Pakde yang kena santet, "Catatan Harian Rizky" bukan sebuah catatan harian biasa tapi juga observasi sosial terhadap apa yang terjadi di sekeliling kita sehari-hari, dilihat dari mata seorang anak kecil yang istimewa. Dimana lagi ada catatan harian yang dimulai dengan cerita kelahirannya sendiri? :)”
--Enda Nasution, E-Marketing Manager Passion Net, Co.Ltd Thailand, Bangkok, “Bapak Blog Indonesia”
“Dari Bencana Tsunami hingga kenaikan BBM, dari pembantu yang minggat hingga Pakde yang kena santet, "Catatan Harian Rizky" bukan sebuah catatan harian biasa tapi juga observasi sosial terhadap apa yang terjadi di sekeliling kita sehari-hari, dilihat dari mata seorang anak kecil yang istimewa. Dimana lagi ada catatan harian yang dimulai dengan cerita kelahirannya sendiri? :)”
--Enda Nasution, E-Marketing Manager Passion Net, Co.Ltd Thailand, Bangkok, “Bapak Blog Indonesia”
"Membesarkan seorang anak selalu menjadi bahan cerita yang menarik. Tapi apa yang dilakukan Amril Taufiq Gobel lewat bukunya menjadi lebih menarik karena jarang sekali kita diajak melihatnya dari sisi seorang ayah yang selama ini selalu digambarkan sebagai sosok yang sibuk mencari nafkah dan lebih mempercayakan anak pada sang istri. Ditambah pengalamannya dalam dunia tulis menulis, kisah sang ayah ini menjadi lebih menarik dan layak dibaca oleh para ayah-ayah lainnya. Selamat ya Ayah.. :-)”
--Rane'Jaf'Hafied, Jurnalis Radio,Blogger, Singapura
“Tulisan yang dituturkan dengan jujur, telanjang dan sederhana dengan sudut pandang yang menakjubkan. Kalimat demi kalimat membawa kita pada satu perjalanan yang membumi dan ada dalam kehidupan kita … hari-hari kita dengan begitu mengasyikkan”
--Sam, karyawan swasta, Jakarta, Blogger
Pak Amril berhasil menceritakan keseharian Rizky putranya dalam sudut pandang orang pertama, baik dalam penuturan kata maupun ekspresinya. Gaya penyampaiannya lucu dan ringan, khas anak-anak. Kadang saya berpikir kalau memang Rizky sendirilah yang menulis blog ini. Good job, pak.
--Erfi Nizar, Karyawati Swasta, Jakarta, Blogger
Haru dan Lucu adalah dua kata yang ada pada saya saat membaca buku yang berisikan perjalanan hidup seorang Rizky. Saya bisa menangis terharu dan tertawa terbahak-baha. Salut buat Pak Amril
--Jovita V.I.Atmadjaja, Dosen/wiraswasta, Banyuwangi, Blogger
"Buku ini top abis! Bagaimana tidak? Pak Amril bisa sedemikian detail menceritakan perasaan anaknya melalui buku ini. Begitu detail, sehingga seakan-akan anaknya si Rizky sendiri yang bercerita tentang seluruh dirinya. Lengkap, sejak proses kelahirannya. Saya seperti dibawa ke kehidupan keluarga pak Amril, padahal saya belum sempat mengenal Rizky dan mamanya. Sukses selalu, dan tetap semangat! :)"--Irayani Quencyputri, Mahasiswi FKG-Unhas, Makassar, Blogger
Membaca buku ini ibarat menikmati gerak ikan dalam akuarium. Menggelitik dan menghibur. Apalagi dengan gaya bercerita yang lugas dan mudah diterima oleh semua kalangan. Sebuah pilihan bacaan segar. Saya jadi hanyut ke masa kecil dan tertawa sendiri.
--Tuteh Pharmantara, Penyiar Radio, Ende-Flores, Blogger