Wednesday, April 18, 2007

 

KETIKA AYAH JADI ANAK

Judul : Warna-Warni Hidupku

Penulis : Amril Taufiq Gobel

Penerbit : Gradien Book

Tahun Terbit : Cetakan I- 2007

Jumlah halaman : 200 halaman


‘’Tangis pertamaku melengking keras lewat tengah malamdi Rumah Sakit Pasar Rebo, pukul 01.45, Senin, tanggal25 November 2002. Ibundaku, Sri Lestari, masih tergeletak lemas di kamar operasi. Pisau bedah nan tajam merobek perut beliau beberapa saat yang lalu untuk mengeluarkanku dari rahim yang hangat.Lamat-lamat, dalam hitungan menit, terdengar suaraazan dan qamat menerpa telingaku dari ayah, Amril Taufiq Gobel. Pipi dan jidatku sempat basah oleh gelimang airmata harunya.

‘’Selamat datang ke dunia, jagoanku… Muh.Rizky Aulia,’’.

Tiga tahun lamanya ayah dan ibu menanti kehadiranku.Berbagai upaya dan ikhtiar dilakukan mereka untuk bisamemperoleh anak, sebagai penyambung generasi. Aku merasakan begitu bahagianya mereka menerima kehadiranku. Setiap degup jantung ibuku, aku dengar bagai lantunan melodi yang indah. Elusan lembut tanganayah di perut ibuku setiap saat membuatku terbuai dalam kebahagiaan. Dengan berat 3,75 kg dan panjang 51cm aku lahir ke dunia’’.

+++

Dua alinea panjang ini mengawali kisah kelahiran seorang anak lewat buah karya sang ayahnya sendiri.Kita rada terharu begitu membaca kalimat dan kalam seorang yang baru lahir ke dunia, bagaikan melaporkanlangsung peralihan kehidupannya. Dari rahim ibunya kedunia yang fana ini. Ke alam tempat dia mulai merajut kehidupan dunia mulai A hingga Z kelak.Buku ini, ukurannya kecil, memang bukan buku biasa.Mengapa saya katakan demikian, karena tidak banyak seorang ayah menuturkan kehadiran buah hatinya dari kilometer 0.

Bagi seorang penulis, apalagi dengan kecanggihan teknologi lantaran ada komputer, apa yang dilakukan Amril Taufiq Gobel ini layak ditiru. ATG, saya menyingkat saja namanya, memang sejak mahasiswa sudah gandrung menulis. Dia pernah menyinggahi Penerbitan Kampus identitas Unhas beberapa tahun lamanya. Sambil kuliah dia juga menulis di media umum. Pernah suatu waktu tulisannya dimuat di salahsatu media ibu kota, honornya cukup untuk membayar SPP di Fakultas Teknik kala itu.



Dia mulai menulis blog untuk anak pertamanya ini tahun 2003. Satu-satunya sarana yang dapat menampung‘curhat’-nya adalah media blog. Gratis, bebas sensor,dan bebas biaya distribusi.‘’Tetapi, lebih dari itu, saya bisa menampilkan refleksi kehidupan keluarga saya secara virtual lewat media internet. Hadirnya blog Rizky – buah hatikami yang lahir tiga tahun sejak saya dan istri menikah tahun 1999 – pada awalnya memang diniatkan menjadi catatan perjalanan kehidupannya mulai lahir dan (mudah-mudahan) hingga dewasa kelak,’’ kata ATG pada pengantar bukunya.

Menulis blog dengan menempatkan sosok anak sendiri,memang sangat menarik. Pertama, rasa yang ditawarkan meski dari orang tuanya, tetapi memiliki hubungan batin yang kental dengan sang anak. Simak saja,bagaimana ATG membuka kisahnya dengan dua alinea yang saya kutip yang dia beri judul ‘’Aku Menatap Dunia’’. Kedua, dengan menggunakan obyek yang secara emosional berhubungan dengan penulis, jelas akan memberikan bahan kisah yang tak habis-habisnya. Ketiga, pada peristiwa-peristiwa tertentu -- yang tentu saja menarik – jelas akan menjadi bagian dari cerita ini.Keempat, tulisan seperti ini akan sangat menarik lagi,karena ATG menggunakan ‘bahasa anak’ (kosakata) untuk memberi pembedaan dengan kosakata orang dewasa.

Membaca buku ATG ini – meski belum habis karena kesibukan saya yang tak pernah berujung – saya teringat seorang Prof.Dr.Soenjono Dardjowidjojo, dosen Bahasa pada Universitas Katolik Atmajaya (Unika)Jakarta. Mahaguru ini telah menjadikan cucunya, Echa,sebagai objek penelitian bahasa, khususnya bahasa anak. Prof.Soenjono Dardjowidjojo ini telah merekam bahasa cucunya sejak dia lahir hingga pada usianyayang ke-12 bulan dan 24 bulan.

Bahkan, dalam suatu pertemuan bahasa yang kebetulan sempat saya ikuti di Unika Jakarta, Echa, sempat dihadirkan di depan peserta. Pada usia hingga 12 bulan, Echa sudah mampu memahami ujaran orang dewasa, tetapi kemampuan ini sangatterbatas.‘’Tetapi dia sudah bisa diajak ‘ciluup ba,’’ kataSoenjono Dardjowidjojo dalam buku PELBA 10 tahun 1997.

Kalau pun saya mengambil contoh penelitian kebahasaan dikaitkan dengan karya ATG tersebut semata-mata dimaksudkan untuk memberi gambaran betapa banyak sisi kisah anak-anak yang dapat kita tulis. Dan, yang paling menarik dan untuk sementara dapat kita lakukan adalah merekam perilaku anak kita sendiri.

Tentu saja,jejak ATG ini tak bisa diikuti oleh mereka yang sudah memutuskan istrinya harus ber-KB. Bukankah masih ada cucu? Saya juga memiliki cucu, tetapi rasanya sudahterlambat. Pasalnya, cucu saya sudah mengalami perkembangan perilaku dan lingkungan sosial yang beragam di luar yang saya mampu prediksi. Kalau pun mau, perilaku tertentu secara parsial dapat juga dilakukan. Mudah-mudahan.


M.Dahlan Abubakar
Dosen Fakultas Sastra Unhas

Dimuat di Harian FAJAR Minggu, 15 April 2007 (Halaman 27)

Comments:
Luar biasa memang bapak yang satu ini. Jadi ingin belajar banyak dengan beliau.

Sayang dua blognya sudah ke"block", jadi perlu waktu lagi buat mbikin lagi.

Salam
 
Mantap bener bos.......
bapak yang good
 
Post a Comment



<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?